RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Cilacap
Mata Pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas/semester : X / 2
Materi Pokok : Crita Wayang
Pembelajaran ke- : 1
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
A. Kompetensi
Inti (KI)
KI
1 Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
KI
2 Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI
3 Memaham,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
KI
4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi
Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi
KD 1.2 Menerima, mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan
anugerah Tuhan berupa bahasa Jawa dalam bentuk petikan teks crita wayang
Indikator
1.2.1.
Membedakan
bahasa ragam ngoko dan krama
1.2.2.
Bangga
atas anugrah bahasa jawa ragam ngoko dan karma
1.2.3.
Dapat
melaksanakan salah satu perintah tuhan lewat ajaran yang ada dalam cerita
wayang (Bima Bungkus)
KD 2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan
proaktif dalam menggunakan bahasa Jawa melalui petikan teks crita wayang
Indikator
2.2.1.
Dapat
menggunakan ragam bahasa dalam pergaulan sehari-hari secara santun seperti yang
dicontohkan dalam cerita wayang (Bima Bungkus)
2.2.2.
Menunjukan
prilaku jujur menggunakan bahasa jawa dalam synopsis crita wayang (Bima
Bungkus)
2.2.3.
Bertanggung
jawab dalam membuat synopsis crita wayang (Bima Bungkus)
2.2.4.
Memiliki
rasa peduli, santun, responsip dan pro aktif dalam menggunakan bahasa jawa
melalui teks crita wayang (Bima Bungkus)
KD 3.2 Memahami isi teks crita Mahabharata (Bima Bungkus)
Indikator
3.2.1.
Mengidentifikasi
unsurpembangun yang terdapat dalam petikan teks crita wayang BimaBungkus
3.2.2.
Menganalisis
pitutur luhur yang ada dalam petikan teks crita wayang Bima Bungkus
3.2.3.
Mengevaluasi
relevansi dengan masa kini pitutur luhur yang ada dalam petikan teks crita
wayang Bima Bungkus
KD 4.2 Menulis sinopsis teks cerita teks Mahabharata (Bima
Bungkus) dan menyajikannya
Indikator
4.2.1.
Menulis
kembali synopsis crita wayang Bima Bungkus
4.2.2.
Menceritakan
synopsis crita wayang Bima Bungkus
4.2.3.
Menanggapi
penceritaan kembali isi petikan teks crita wayang Bima Bungkus dengan
menggunakan ragam bahasa sesuai dengan konteks dan norma
C. Tujuan
Pembelajaran
KD
1.2 Selama dan setelah proses
pembelajaran, siswa dapat menerima,
mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa bahasa Jawa dalam
bentuk petikan teks crita wayang
KD 2.2 Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat
menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif dalam menggunakan
bahasa Jawa melalui petikan teks crita wayang
KD 3.2 Setelah proses pembelajaran, siswa dapat memahami isi teks crita Mahabharata
(Bima Bungkus)
KD 4.2 Setelah proses pembelajaran, siswa dapat menulis sinopsis
teks cerita teks Mahabharata (Bima Bungkus) dan menyajikannya
D. Materi
Ajar
1.
Fakta
Teks Crita Wayang (Bima
Bungkus)
2.
Konsep
Pangertene
crita wayang
3.
Prinsip
Unsur
crita wayang
4.
Prosedur
Cara
nulis lan tuladha crita wayang
E. Pendekatan
dan Metode Pembelajaran
-
Pendekatan
:
Scientific
-
Model
Pembelajaan : Inquiry, Project Based
Learning, Discovery Learning
-
Metode
: inkuri, diskusi, praktek,
penugasan (bisa disesuaikan)
F. Media
dan Sumber Belajar
Media
: Player VCD, CD/VCD,
power point
Alat : LCD,
Laptop, Teks Crita Wayang
Sumber
Belajar :
1.
Widaryatmo,
Gandung dkk. 2013. Prigel Basa Jawa Jilid
1. Jakarta: Erlangga
2.
Sasangka,
Sry Satriya TW. 2011. Paramasastra Gagrag
Anyar Basa Jawa. Jakarta: Paramalingua
3.
Darminto,
dkk. 2010. Kamus Besar Bausastra Jawa. Jakarta:
Kharisma
4.
Sudiyatmana,
Dr.HC dkk. 2012. Kabeh Bisa Basa Jawa. Jakarta:
Yudhistira
5.
H.G,
Irawan. 2005. Kulina Basa Jawa.
Klaten: Intan Pariwara
G. Kegiatan
Pembelajaran
Pertemuan ke 1
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi waktu
|
Pendahuluan
|
·
Siswa
merespon salam dan pertanyaan dari
guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya
·
Siswa
menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·
Siswa
menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan
·
Apersepsi dan Motivasi.
·
Contoh crita wayang Bima Bungkus
digunakan sebagai stimulan dengan sejumlah pertanyaan untuk memasuki kegiatan
ini
|
10
menit
|
Isi
(kegiatan
Inti)
|
Mengamati
·
Kelas dibagi menjadi 6 kelompok
·
Tiap-tiap kelompok mencoba
mencermati dan mendokumentasikan temuannya sesuai kaidah.
·
Secara
individu siswa berkontribusi dalam mengidentifikasi menemukan ciri-ciri crita
wayang Bima
berdasarkan teks yang dicermatinya dengan acuan kata tanya fakta
Menanya
·
Antar siswa dalam
kelompok saling bertanya dan berkonfirmasi tentang ciri-ciri yang ditemukan
dalam crita wayang Bima untuk dibahas jika terdapat perbedaan atas
temuan masing-masing.
·
Setiap siswa
mendeskripsi crita wayang Bima
·
Dalam kelompok,
subkelompok siswa membaca konsep tentang karakteristik crita
wayang Bima untuk dicocokkan
dengan ciri-ciri yang ditemukan atas pengamatan dan tanya jawabnya.
Mencoba
·
Siswa mencoba
merumuskan unsur pembangun crita wayang Bima yang dikaji dan dibahasnya
·
Siswa bertukar temuan
bersama anggota kelompok
·
Siswa perwakilan
kelompok menguraikan unsur pembangun crita wayang
Bima dari teks yang dikajinya untuk bahan
bahasan dengan kelompok lain
Mengasosiasi
·
Siswa mengelompokkan
unsur pembangun crita wayang Bima berdasarkan naskah hasil tukar gagasan bersama
kelompok lainnya.
·
Siswa mencoba
menyimpulkan dan mengestimasikan tambahan karakter pada konsep yang dibacanya
atas dasar kajian naskah yang dibahas.
Mengomunikasikan
·
Perwakilan tiap-tiap
kelompok (bisa dipilih dan ditunjuk oleh guru) menyampaikan/menayangkan
simpulannya.
·
Melaporkan hasil
penelitian dan pengembangan (tertulis/lisan) tentang unsur pembangun crita
wayang Bima
|
60
menit
|
Penutup
|
·
Bersama siswa
menyimpulkan unsur pembangun crita wayang Bima Bungkus
·
Memberikan tugas
mencari contoh crita wayang Bima Bungkus.
·
Melaksanakan tes
|
20
menit
|
Pertemuan ke 2
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi waktu
|
Pendahuluan
|
·
Siswa
merespon salam dan pertanyaan dari
guru berhubungan dengan crita wayang Bima.
·
Siswa
menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya (unsur
pembangun crita wayang Bima) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·
Siswa
menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan
·
Apersepsi dan motivasi
·
Contoh teks crita wayang Bima
digunakan sebagai stimulan dengan pertanyaan untuk memasuki kegiatan Inti
|
10
menit
|
Isi
(kegiatan
Inti)
|
Mengamati
·
Kelas dibagi menjadi 6
kelompok
·
Masing-masing kelompok
membaca dan mencermati (mencari dan menemukan kata-kata sulit yang ada dalam
teks) dan mendokumentasikan hasil penemuannya sesuai dengan teks baru yang
dibacanya.
·
Secara individu
mengidentifikasi hasil temuannya tentang pengertian crita teks wayang
berdasarkan naskah yang dicermatinya
Menanya
·
Antarsiswa dalam
kelompok saling bertanya, konfirmasi tentang pengertian crita wayang
ditemukan untuk dibahas jika ada perbedaan atas temuan masing-masing.
·
Mendefinisikan atas
dasar temuannya.
·
Membaca konsep tentang
karakter tokoh-tokoh wayang untuk dicocokkan dengan ciri-ciri hasil temuan
atas pengamatan dan tanya jawabnya
Mencoba
·
Siswa mencoba untuk
menceritakan kembali isi naskah menggunakan bahasa sendiri dan bertukar temuan bersama anggota kelompok.
Mengasosiasi
·
Siswa mencoba
menyimpulkan dan mengestimasikan hasil pekerjaannya.
Mengomunikasikan
·
Perwakilan
masing-masing kelompok (bisa dipilih dan ditunjuk guru) menyampaikan/menayangkan
hasil kesimpulannya.
·
Melaporkan hasil
penelitian dan pengembangan (tertulis/lisan) tentang menceritakan kembali crita
wayang Bima.
|
60
menit
|
Penutup
|
·
Bersama siswa
menyimpulkan isi dari crita wayang Bima.
·
Melaksanakan tes
|
20 menit
|
Pertemuan ke 3
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi waktu
|
Pendahuluan
|
·
Siswa merespon salam
dan mengondisikan kelas
·
Tanya jawab tentang
karakteristik tokoh-tokoh crita wayang Bima.
·
Siswa menerima
informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya (karakteristik crita
wayang Bima) dengan pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
·
Siswa menerima
informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
·
Apersepsi dan motivasi
|
10
menit
|
Isi
(kegiatan
Inti)
|
Mengamati
·
Guru membagi kelas
dalam beberapa kelompok
·
Masing-masing kelompok
diberi data hasil menceritakan kembali siswa.
·
Secara individu di tiap kelompok mencermati hasil
karya siswa yang dibagikan guru
·
Dengan kemampuan individu, masing-masing siswa
mencari, menemukan, menuliskan ciri tiap penggalan yang dicermatinya.
Menanya
·
Antarsiswa dalam
kelompok saling bertanya, konfirmasi tentang hasil menceritakan kembali crita
wayang Bima untuk dibahas jika ada perbedaan atas
temuan masing-masing.
·
Mendefinisikan atas
dasar temuannya.
Mencoba
·
Siswa memberikan
tanggapan dari hasil karya temannya berupa tulisan.
·
Menyiapkan alasan dan
penjelasan atas tanggapan yang dibuat.
Mengasosiasi
·
Siswa mencoba
mengestimasi tentang isi crita wayang Bima menurut
versi kelompok dengan mengacu pada konsep yang dibahasnya.
·
Mengevaluasi relevansi
pitutur luhur yang terdapat pada petikan teks cerita wayang.
·
Meniterpretasikan isi
critawayang yang terdapat pada petikan teks crita wayang
·
Menyiapkan deskripsi
hasil menceritakan kembali berdasarkan estimasi kelompoknya.
Mengomunikasikan
·
Masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil deskripsi dan estimasinya tentang hasil pekerjaan
temannya.
|
60
menit
|
Penutup
|
·
Umpan balik antarsiswa,
antara siswa dengan guru tentang kesimpulan crita
wayang Bima.
·
Penilaian performen,
lisan, kerja kelompok, pengamatan, sikap dilakukan dalam dan selama proses
kegiatan inti
|
20
menit
|
Pertemuan ke 4
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi waktu
|
Pendahuluan
|
·
Siswa merespon salam
dan dilanjutkan dengan pengondisian kelas
·
Tanya jawab tentang
karakteristik crita wayang Bima.
·
Siswa menerima
informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya (unsur-unsur pembangun
crita wayang) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·
Siswa menerima
informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
·
Tanya jawab tentang
kondisi anak muda sebagai apersepsi dan bahan motivasi.
|
10
menit
|
Isi
(kegiatan
Inti)
|
Mengamati
·
Secara individu siswa
mencatat karakter tokoh dan unsure pembangun dalam crita wayang.
Menanya
·
Siswa dapat
mengkomunikasikan teks secara logis
·
Tiap siswa mencocokkan
ciri /karakter tokoh dan unsur pembangun wayang dengan temannya
Mencoba
·
Masing-masing siswa
mulai mencari nilai-nilai yang terdapat dalam crita wayang Bima Bungkus.
·
Tiap siswa mencoba
menyiapkan komentar tentang nilai-nilai atau pitutur dalam crita wayang Bima
Bungkus
Mengasosiasi
·
Tiap siswa
mengestimasikan nilai-nilai yang terkandung dalam crita wayang Bima Bungkus.
Menyajikan
·
Menuliskan synopsis
cerita wayang Bima Bungkus berdasarkan unsure-unsur pembangunnya
|
60
menit
|
Penutup
|
·
Umpan balik antarsiswa,
antara siswa dengan guru tentang kesimpulan tentang nilai-nilai dalam crita
wayang Bima Bungkus.
·
Penilaian performen,
lisan, tulisan, kerja kelompok, pengamatan, sikap dilakukan dalam dan selama
proses kegiatan inti.
|
20
menit
|
Penilaian
1. Jenis/teknik
penilaian
a.
Kompetensi
Sikap:
·
Observasi
·
Penilaian
diri
b.
Kompetensi
Pengetahuan:
·
Tes
tertulis
·
Tes
lisan
c.
Kompetensi
Keterampilan:
·
Tes
praktik,
·
Projek, dan
·
Portofolio.
2.
Bentuk instrumen dan instrumen
3. Pedoman
penskoran
Rubrik Instrumen
a.
Peniaian
Sikap
Contoh
Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik
No.
|
Sikap
Nama
|
Keterbukaan
|
Ketekunan
belajar
|
Kerajinan
|
Tenggang
rasa
|
Kedisiplinan
|
Kerjasama
|
Ramah
dengan teman
|
Hormat
pada
orang
tua
|
Kejujuran
|
Menepati
janji
|
Kepedulian
|
Tanggung
jawab
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan
rentang antara 1 s.d 5.
1 = sangat kurang;
2 = kurang konsisten;
3 = mulai konsisten;
4 = konsisten; dan
5 = selalu konsisten.
Lembar Observasi
LEMBAR PENGAMATAN OBSERVASI
Mata
Pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas/Program : X / IPA-IPS
Kompetensi : Sikap
Materi : Cerita Wayang Bima Bungkus
No
|
Nama
Siswa
|
Sikap
Pribadi
|
Sikap
Ilmiah
|
Jml
Skor
|
Nilai
|
||||
Jujur
|
Displ
|
Tgjwb
|
Kritis
|
Objek
|
Tolr
|
||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
||||
1.
1
|
Wati
|
4
|
4
|
3
|
4
|
3
|
3
|
21
|
|
2.
2
|
Adi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan pengisian skor
4. Sangat baik
3. Baik
2. cukup
1. Kurang
Soal tes lisan
1. Apa kang kok ngreteni babagan Crita
Wayang?
2. Sebutna unsur-unsur Crita
Wayang?
3. Aweha panemu tumrap andharan
wos surasane Crita Wayang kang
dijlentrehake dening kancamu!
No
|
Nama Siswa
|
Kinerja
Presentasi
|
Jumlah Skor
|
Nilai
|
||
|
||||||
kelancaran
|
Kebahasaan
|
sistematis
|
|
|
||
1. 1
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
2. 3
|
|
|
|
|
|
|
3. 4
|
|
|
|
|
|
|
4. 5
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
pengisian skor
4.
Sangat tinggi
3. Tinggi
2.
Cukup tinggi
1.
Kurang
Soal
tes tertulis
4. Tulisen banjur critakna Crita
Wayang kasebut ing ngarep klas!
No
|
Nama
|
Cethaning
pangucap
(10-20)
|
Swara
(10-20)
|
Ekspresi
(10-25)
|
Penjiwaan
(1-5)
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
Ket :
1 : tidak
baik :
< 60
2 : cukup baik : 61 – 70
3 : baik :
71 – 80
4 : sangat baik
: 81 – 100
Kunci soal
1.
Wayang yaiku sawijining wujud seni pertunjukan kang
awujud drama kang khas. Seni kang kamot
sajroning pertunjukan iki yaiku : seni swara, seni sastra, seni musik, seni
tutur, seni lukis, lan sapanunggalane. Dene ana sawetara pihak kang duwe
panganggep menawa pertunjukan wayang ora mung kesenian, nanging ngemot
pralambang. Saora-orane wiwit abad kaping 19 nganti saiki, wayang wis dadi
sasaran kajian lan didiskripsekake dening para ahli.
2.
Unsur-unsur pembangun crita wayang iku padha karo
unsur-unsur crita liyane, yaiku tema, latar/setting, penokohan, alur,
pesen, punjering crita/sudut pandang, lan konflik, wos surasane crita, lan gawe
ringkesan.
3.
Kawicaksanan
4.
Kawicaksanan
LAMPIRAN
1. Pangertene
wayang
Wayang yaiku sawijining wujud seni pertunjukan kang awujud drama kang khas.
Seni kang kamot sajroning pertunjukan
iki yaiku : seni swara, seni sastra, seni musik, seni tutur, seni lukis, lan
sapanunggalane. Dene ana sawetara pihak kang duwe panganggep menawa pertunjukan
wayang ora mung kesenian, nanging ngemot pralambang. Saora-orane wiwit abad
kaping 19 nganti saiki, wayang wis dadi sasaran kajian lan didiskripsekake
dening para ahli.
Wayang akeh banget jenise minangka kesenian rakyat utawa kraton, ana wayang
glek kang kagawe saka kayu, ana wayang kulit kagawe saka kulit, wayang klithik
kagawe saka kayu, wayang beber digambar ana ing kertas utawa kulit lan
sapiturute.Sumbere crita saka Ramayana lan Mahabarata, crita-crita Menak,
crita-crita Panji, syair-syair kepahlawanan utawa kreasi anyar kang nyritakake
prastawa-prastawa anyar.
Saliyane kuwi werna-wernaning wayang iku uga ana kang sinebut wayang wong,
kang dipragakake dening uwong, lan wis ana wiwit abad kaping 18. Wayang iki
entuk sambutan kang apik saka masyarakat, mula ing jaman sateruse ketok akeh
perkumpulan wayang wong. Ing pungkasaning jaman saiki wis akeh museum wayang
antarane ing Jakarta lan Ngayogyakarta. Sawetara panaliten nyimpulake, wayang
minangka sarana nggambarake alam pikirane piyayi Jawa kang dualistik. Ana rong
prekara, pihak utawa klompok kang ora cocok, beda, antarane apik lan ala,
babagan lair lan batin, alus lan kasar, Pandawa lan Kurawa. Kalorone nyawiji
ana sajrone manungsa kanggo nggoleki keseimbangan. Wayang uga dadi sarana
ngendhaleni sosial, umpamane kanthi kritik sosial kang diwujudake lumantar
banyolan.
Crita wayang iku duwe struktur formal. Struktur kuwi kedadeyan saka
unsur-unsur kang padha gayut antarane siji lan sijine. Unsur-unsure yaiku
tokoh, watak,alur, tema, latar, lakon, pesen kang kamot, pitutur (pesan moral)
kang kakandhut sajroning crita wayang..
2. Unsurcrita
wayang
Unsur-unsur pembangun crita wayang iku padha karo
unsur-unsur crita liyane, yaiku tema, latar/setting, penokohan, alur,
pesen, punjering crita/sudut pandang, lan konflik, wos surasane crita, lan gawe
ringkesan.
3. Tuladha
crita wayang
BIMA BUNGKUS
Jejer Ngastina. Duhkitaning Prabu Pandu lan Dewi Kunti jalaran lahire
ponang jabang bayi kang awujud bungkus. Tan ana sanjata kang tumawa kanggo
mbedah bungkus. Kurawa uga melu cawe-cawe arsa mecah bungkus, sanadyan amung
lelamisan, bakune arsa nyirnaake si bungkus. Wisiking dewa sang bungkus den
bucal ing alas Krendawahana..
Ing pertapan Wukir Retawu Bagawan Abiyasa kasowanan Raden Permadi kang
kaderekaken repat punakawan.
“Kanjeng Eyang, kadi pundi nasibipun Kakang Bungkus, sampun sawetawis warsa
mboten wonten suraos ingkang sae, bab menika Eyaang, andadosaken duhkitaning
Kanjeng Ibu Kunti…”
Tartamtu Sang Winasis kang pancen luber ing pambudi sampun pirsa apa kang
dadi lakon.
“Putuku nggeeer, Permadi, mangertiya jer kakangmu nembe nglakoni karmane,
ing tembe kakangmu Si Bungkus bakal dadi satriya utama, lan bakal oleh apa kang
sinebut wahyu jati…”
Ing Suralaya, Batara Guru nimbali Gajahsena, putra sang batara kang awujud
gajah, kinen mecah si bungkus saengga dadi sejatining manungsa. Sang Guru ugi
angutus Dewi Umayi kinen nggladhi kawruh babagan kautaman marang si bungkus.
Purna anggennya peparing ajaran marang si bungkus, Dewi Umayi aparing
busana arupa cawat bang bintulu abrit, ireng, kuning, putih, pupuk, sumping,
gelang, porong, lan kuku Pancanaka.
Salajengipun, Gajahsena mbuka bungkus. Pecahing bungkus dados sapatemon
kekalihipun, kagyat dados lan perangipun. Binanting sang Gajahsena. Sirna jasad
sang gajah. Roh lan daya kekiyatanipun manjing jroning angga sang bungkus.
Praptene Betara Narada.
Si Bungkus tumakon marang Sang Kabayandewa, “Heemmm, aku iki sopoh?”
“Perkencong, perkencong waru doyong, ngger, sira kuwi sejatine putra
kapindho ratu ing Amarta Prabu Pandudewanata. Sira lahir awujud bungkus, lan
kersaning dewa sira kudu dadi satriya utama…, lan sira tak paringi tetenger
Bratasena ya ngger…”
Rawuhipun Ratu saking Tasikmadu kang nyuwun senjata pitulungan marang
Bratasena kinen nyirnakaken raja raseksa aran Kala Dahana, Patih Kala Bantala,
Kala Maruta lan Kala Ranu. Para raseksa sirna. Sekakawan kekiatan saking
raseksi wau nyawiji marang Raden Bratasena, inggih punika kekiatan Geni, Lemah,
Angin lan Banyu.
DEWA RUCI
Madeg kraton Astinapura. Prabu Dhestarasta kaadhep dening putra mbarebe,
Duryudana, Patih Sengkuni lan Pandhita Krepo. Surasane rerembugan ana gandheng
cenenge karo peprentahan Astina ing tembe mburine marang para Kurawa, ngengeti
para Pandawa wis wiwit dewasa. Duryudana ngesuk bapake, kapan dheweke bakal
winisuda dadi Ratu Anom ing Astina. Sawetara Sengkuni mbudidaya mbujuk Prabu
Dhestarasta, supaya hak tumrap keprabon lan kraton Astina tetep dadi duweke
Kurawa. Sebab yen keprabon lan kraton dibalekake marang Pandawa, kepiye nasibe
para Kurawa kang cacahe ana satus bocah? Sawijining cara yaiku ngelongi
kuwatane Pandawa. Amarga kekuwatane Pandawa dumunung marang Bima, mula Bima
kudu disingkirake.
Dene ing keputren Astina. Dewi Gendari mahargya tekane Prabu Dhestarasta.
Dewi Gendari nakokake babagan rantaman wisudane Duryudana dadi Ratu Anom
Astina. Prabu Dhestarasta ngendika lagi digolekake wektu lan wayah kang trep
supaya ora nuwuhake congkrah karo Pandawa. Dewi Gendari aweh panemu Pandawa
kudu disingkirake supaya keprabon Astina tetep dadi duweke Duryudana. Prabu
Dhetarasta nerangake lamun panemue Dewi Gendari wis kamot ana rancangane
Sengkuni kang bakal ngelongi kekuwatane Pandawa.
Sabanjure Duryudana lan Patih Sengkuni nganakake pasatemon karo Dursasana,
Kartamarma, Citryuda, Durmagati, Citraksi, lan saperangan Kurawa liyane. Patih
Sengkuni nyaranake supaya Duryudana njaluk pambiyantune Pandhita Durna kanggo
nyingkirake Bima. Carane manut marang Pandhita Durna, kang baku ora ngelok-ngelokake
langsung para Kurawa. Sengkuni uga mrentah Kartamarma supaya ngerahake Kurawa
menyang Sokalima. Menawa Pandhita Durna gagal ngojok-ojoki Bima, Kurawa kudu
tumindak cekat-ceket. Kroyok lan pateni Bima ing Sokalima. Duryudana lan
Sengkuni banjur budhal, banjur disusul dening Kurawa liyane.
Lagya kang ana ing pertapan Sokalima. Pandhita Durna kaadhep dening anak
siji-sijine, Aswatama. Ora let suwe Duryudana lan Sengkuni teka. Sawise
ngabarake keslametan, Duryudana ngandhakake niyate njaluk pambiyantune Begawan
Durna supaya nyingkirake Bima. Iki kanggo waluyaning keprabon Astina marang
para Kurawa. Wiwitane Begawan Durna kabotan. Nanging Sengkuni lan Duryudana
ngesuk kanthi cara ngundhamana dedununge Resi Durna ing Astina kang ora ucul
saka lelabuhan lan lomane Prabu Dhestarasta. Kasurung saka utang budi, Resi
Durna tundhone saguh mujudi panjaluke Duryudana.
Sawise Sengkuni lan Duryudana lunga, Resi Durna banjur nyeluk Bima. Kanthi
alesan kanggo ngluhurake Pandawa, Bima dikongkon golek banyu panguripan Tirtapawitra
menyang gunung Candradimuka. Bima sanggup banjur enggal-enggal budhal.
Nalika semana kang ana ing pinggire gunung Candradimuka. Ing perenge gunung
Candradimuka nalika Bima lagi ngembrukake wit-wit gedhe lan njegol watu-watu
gedhe nggoleki Tirtapawitra, njedhul buta loro cacahe, Rukmuka lan Rukmakala.
Kalorone buta mau nglarang ngrusak tatanan panguripan ing gunung Candradimuka
lan Tirtapawitra ora ana ing gunung kuwi. Dumadi gesehe panemu, banjur dadi
bandayuda. Amarga saka ampuhe kuku Pancanaka, Bima kasil mateni Rukmuka lan
Rukmakala, sawise mati jasade badhar dadi Bathara Indra lan Bathara Bayu.
Bathara Indra nerangake, lamun Tirtapawitra ora ana ing gunung
Candradimuka. Bima didhawuhi bali ngadhep marang Resi Durna njaluk katrangan
kang cetha dununge Tirtapawitra. Bima manut. Dheweke bali menyang Sokalima
nemoni Resi Durna. Dene Bathara Indra lan Bathara Bayu bali menyang kahyangan.
Gumelar ing ereng-erenge gunung Cadradimuka. Arjuna lan Yamawidura ketemu
karo rombongan Kurawa. Dumadi bedaning panemu kang ndadekake pasulayan. Arjuna
lan Yamawidura dikroyok dening Kurawa. Bejane nalika Arjuna lan Yamawidura
kadhesek, Bima teka langsung mbiyantu dheweke ngoyak Kurawa. Bima ngomong
marang Arjuna lan Yamawidura yen Tirtapawitra ora ana ing gunung Candradimuka.
Dheweke saiki arep bali menyang Sokalima arep njaluk kapesthen Resi Durna, ana
ngendi mapane Tirtapawitra. Katelune banjur pisah lakune. Bima menyang
Sokalima, dene Arjuna lan Yamawidura bali menyang kaputren Astina arep nemoni
Dewi Kunti lan kluwarga Pandawa liyane.
Bali ing Pertapan Sokalima. Resi Durna nampa tekane Bima. Kanthi ringkes
Bima ngandhakake lamun Tirtapawitra ora ana ing gunung Candradimuka. Dheweke
uga ketemu karo buta loro panjalmane Bathara Indra lan Bathara Bayu. Dewe
kalorone ngendika ing gunung Candradimuka ora ana sing jenenge Tirtapawitra.
Resi Durna ngandhakake, dheweke ndhawuhi Bima menyang gunung Candradimuka mung
kanggo nguji kesabarane Bima. Amarga Bima pancen santosa lan kuwat kekarepane,
mula saiki dheweke nuduhake panggonan mapane Tirtapawitra, yaiku ing dhasare
samodra. Bima langsung pamit arep tumuju menyang segara kidul.
Gelare kaputren Astina. Dewi Kunti lan Puntadewa nampa tekane Arjuna lan
Yamawidura. Yamawidura ngandhakake kabar ketemu karo Bima ing gunung Candradimuka.
Bima durung kasil nemokake Tirtapawitra, mulane dheweke bali menyang Sokalima
nemoni Resi Durna. Ora let suwe Bima teka. Bima nyuwun donga pangestune ibu kan
sedulure arep nggoleki Tirtapawitra ing dhasare samudra cundhuk karo dhawuhe
Resi Durna. Dewi Kunti, Puntadewe, Yamawidura, lan Arjuna mbudidaya
ngalang-ngalangi Bima supaya murungake niyate golek banyu suci Tirtapawitra.
Dewi Kunti ngandhakake yen barang kuwi ora ana. Kabeh mau mung rekadayane Resi
Durna kang arep nyilakani Bima. Nanging Bima tetep mantep marang kapercayane,
lamun minangka guru, Resi Durna ora bakal nyilakani muride dhewe. Dhawuhe guru
kudu ditindakake dening murid. Tundhone Bima budhal nggoleki Tirtapawitra ing
dhasaring samodra. Dewi Kunti dhawuh marang Yamawidura lan Arjuna ngawat-awati
lakune Bima.
Ing dhasare samodra ana ula ngadhang lakune Bima. Pasulayan rame dumadi.
Kalorone mbudidaya nyilakani siji lan sijine. Tundhoning pasulayan, Bima mateni
ula kuwi, nanging dheweke uga semaput kena gitikane buntut ula mau. Bima klelep
tekan dhasare samodra.
Katon Dewa Ruci lagi pasatemon karo Bima. Dewa Ruci takon apa kekarepane
Bima njegur nganti ing dhasaring samodra. Bima njlentrehake, yen dheweke
nindakake dhawuhe gurune, Resi Durna supaya nggoleki banyu panguripan
Tirtapawitra. Dewa Ruci nerangake, dene Tirtapawitra ora mapan ana ing gunung
Cadradimuka, apa dene ing dhasare samodra. Tirtapawitra sejatine mapan ana ing
dhiri pribadine Bima dhewe, kang wujude inti niyat kanggo tumindak jujur lan
berbudi luhur, sarta ngenggonake rasa kurmat marang sapadhane. Nindakake
kabecikan tanpa pamrih, tresna marang sapadhane kaya dene tresna marang awake
dhewe. Saka Dewa Ruci, Bima antuk ajaran / wejangan babagan ilmu kasampurnan,
ing antarane njlentrehake babagan asaling dumadi, sangkan paraning dumadi, lan
tataraning dumadi.Bima banjur didhawuhi bali menyang Astina nglumpuk karo ibune
lan sedulure, amarga isih akeh kewajiban kang kudu ditindakake.
Ana kedadeyan ing gisiking samodra. Arjuna lan Yamawidura geseh panemu
maneh karo Kurawa kang dipandhegani dening Sengkuni kang lagi gawe pager betis
ing pinggire samodra. Pasulayan ora isa diendhani maneh. Kurawa ngroyok Arjuna
lan Yamawidura. Bejane nalika kalorone kepepet, Bima jumedhul saka njeroning
samodra. Ngreteni Arjuna lan Yamawidura dikroyok Kurawa, Bima banjur
cekat-ceket mbiyantu. Kurawa ora bisa nandhingi kridhane Bima, banjur kabeh
padha mlayu salang tunjang. Banjur Bima, Arjuna, lan Yamawidura bali menyang
Astina.
Nalika semana madeg kaputren Astina. Dewi Kunti kaadhep dening para putrane,
Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, lan Sadewa, sarta Yamawidura. Bima nyritakake
pasatemone karo Dewa Ruci ing dhasare samodra, lan entuk wejangan babagan
sarining panguripan. Dewi Kunti syukur banget, dene Bima kasil slamet lan lulus
saka pacoban kang abot. Dewi Kunti banjur ngajak putra-putrane supaya ngaturake
donga marang Gusti Kang Maha Tunggal, supaya kluwarga Pandawa tansah antuk
kawilujengan, rahmat lan hidayah-He..
4.
Tuladha
crita wayangtema tinamtu
Penilaian Proses dan Hasil Belajar
No
|
Nama
|
Kejujuran
|
Kedisiplinan
|
Tg.jawab
|
Santun
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
Ket :
Siswa
yang jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan bersikap santun : 1
Siswa
yang tidak jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan bersikap santun : 0
Nilai 4 = Sangat baik, 3= baik, 2 =
cukup baik, 0-1 = kurang
Penilaian
Hasil
-
Teknik : Tes Lisan, Produk, dan Kinerja
-
Bentuk : Penugasan menulis dan membaca Crita
Wayang
-
Instrumen : Tes dan Nontes
-
Kunci dan Pedoman penskoran
LEMBAR KERJA SISWA
I. Ing ngisor iki ana wangsulan
sing bener, pilihen!
1.
Nalika ngrungokake crita wayang kulit ing radhio, saben
arep ganti adegan mesthi kawiwitan suluk lan janturan kang nyritakake papan
panggonan. Mula saka iku pamireng isa ngreteni babagan ....
a.
tokoh d.
alur
b.
watak tokoh e.
pesen/amanat
c.
latar
2.
Ing crita Dewa Ruci, Bima mituhu kabeh dhawuhe Durna
minangka gurune sanajan anggone dhawuh iku ngetohake nyawa, nanging Bima ora
nggresula. Saka crita kasebut pamireng ngreti yen karep saka crita iku supaya
murid bekti karo gurune. Perangan iku mapan ana ing crita kang diarani ....
a.
tokoh d.
alur
b.
watak tokoh e.
pesen/amanat
c.
latar
3.
Sanajan Panakawan (Semar, Gareng, Petruk, lan Bagong) iku
dadi batur lan drajate mung cendhek, nanging disenengi dening para satriya kang
duwe tindak laku utama. Kabeh iku kagawa saka tindak tanduk lan pakarti kang
ditindakake Panakawan sing jujur, prasaja, lan ora neka-neka. Pratelan kasebut
nuduhake unsur crita wayang sing diarani ....
a.
tokoh d.
alur
b.
watak tokoh e.
pesen/amanat
c.
latar
4.
Sasuwene ngrungokake crita wayang ing radhio utawa CD,
nalika ngancik pathet sanga, satriya kang sesirih ana ing satengahe alas
sabubare rampung mesthi bandayuda karo rata denawa (buta, umume Cakil lan
wadyabalane). Pitutur kang kamot ing lelakon iku yaiku ....
a.
satriya kudu wani perang
b.
wong kang bakal mulya gedhe pacobane
c.
ing alas iku panggonane bebaya
d.
buta duwe watak seneng ganggu gawe
e.
aja seneng mapan ing papan sepi
5.
Ing crita wayang Bharatayuda Jayabinangun, prang antarane
Pandawa lan Kurawa iku tundhone dimenangake dening Pandawa. Sanajan cacahe mung
lima, Pandawa isa ngasorake Kurawa kang cacah satus. Wis kaloka ing jagad
Pandawa iku pralambang tindak utama, dene Kurawa iku pangawak kadurakan, mula
ora mokal yen Pandawa iku menang ing yuda. Pitutur kang kamot sajronng crita
iku yen diparibasakake yaiku ....
a.
ing ngarsa sung tuladha
b.
teteken tekun bakal ketekan
c.
titah tan kuwawa mbengkas pesthining Gusti
d.
rawe-rawe rantas, malang-malang putung
e.
becik ketitik ala ketara
Rungokna crita wayang ing ngisor iki!
Pandu
Jumeneng Nata ing Hastinapura
Negara
Hastinapura kagungan putra calon gumanti Nata, yaiku kang pambareb
Dhestrarastra, panengahe Pandu, lan warujune Widura. Dhestrarastra, Pandu
Dewanata, lan Widura digulawentah lan digladhi dening Resi Bisma. Katelune iku
kang bakal mbacutake keprabone dharah Kuru.Drestharastra duwe kaluwihan prigel
olah jaya kawijayan. Pandu prigel babagan olah kridhaning jemparing, dene
Wisura prigel babagan olah weliding pedhang lan sanjata.
Nanging
kang jumeneng nata ing Hastina iku Pandu, jalaran Dhestarastra cacat netra,
dene Widura duwe cacat sukune dawa sesisih.Saka sarasehan agung netepake kang
dijenengake nata Pandu. Dhestarastra lila yen sing kawisudha dadi ratu iku
Pandu, amarga dheweke nglenggana duwe kekurangan kang ginaris dening Gusti Kang
Murbeng Jagad. Miturut pemanggihe, nagara kang dipangarsani titah kang cacat
bakal nuwuhake swasana kang ora becik.
Dhestarastra
krama karo Dewi Gendari (sedulure Sengkuni) putri ratu Basubala (Suwala) ing
nagara Gandara duwe putra cacah satus kang diwastani Kurawa. Pandu krama karo
putri loro, yaiku Dewi Kunti (Dewi Patra) putrine Prabu Kuntiboja peputra telu
Yudhistira, Bima, lan Arjuna. Nanging sadurunge karo Prabu Pandu, Dewi Kunti
wis kagungan putra kang arane Karna. Dene garwa Pandu sijine asesilih Dewi
Madrim, putri Ratu Mandrapati ing Nagara
Mandrawisaya (Mandaraka), peputra loro kembar Nakula lan Sadewa. Widura krama
karo Dewi Parasari, putra Maharaja Dewaka sarta kagungan putra kekasih
Wiyansampana (Sunjaya).
6.
Paraga utama ing crita kasebut yaiku ....
a.
Prabu Pandu d.
Prabu Matswapati
b.
Prabu Dhestarasta e.
Prabu Salya
c.
Widura
7.
Latar crita iku yaiku ....
a.
Mandaraka d.
Gandara
b.
Suwala e.
Dewaka
c.
Hastinapura
8.
Putrane Prabu Pandu karo Dewi Kunti yaiku ....
a.
Kurawa
b.
Pandawa
c.
Sunjaya lan Wiyansampana
d.
Yudhistira, Bima, lan Arjuna
e.
Nakula lan Sadewa
9.
Undherane crita kang jumeneng nata Hastinapura yaiku ....
a.
Prabu Pandu d.
Prabu Matswapati
b.
Prabu Dhestarasta e.
Prabu Salya
c.
Widura
10.
Saka crita iku, miturut tata aturan ing sajroning karaton
kang gumanti nata kudune putra jaler mbarep sang nata. Nanging Dhestarastra ora
gelem gumanti nata amarga ngrumangsani marang kekurangane. Lelakon iku ngemot
pitutur kang becik yaiku ....
a.
aja rebutan panguwasa
b.
nglengana marang kekurangane
c.
negara kang adiluhung
d.
ngalah dhuwur wekasane
e.
nandur bakal ngundhuh
II. Essay
-
Rungokna crita wayang kang diwaos dening Bapak utawa Ibu
guru iki!
PANDAWA
LAN KURAWA
MEGURU DURNA
Sumber:
wayang wordpress.com
Sawise
Pandawa lan Kurawa meguru marang Begawam Krepa, sabanjure meguru marang Begawan
Durna, ipenipun Krepa. Caritane mangkene.Begawan Durna iku putrane Resi
Baratwaja.Sawijining wektu Durna karo putrane kang namane Aswatama tumuju
menyang nagara Pancala bakal nemoni kadang sumitrane Sucitra, kang saiki
jumeneng nata ing Pancala.Durna ora ditampa malah kapulasara (dianiaya) dening
Patih Gandamana nganti rusak sarirane. Kanthi nggawa lara atine, Durna
mbacutake laku bakal nemoni ipene Krepa Gajahoya. Ing samadyaning laku
kepanggih karo Pandawa lan Kurawa kang lagi dolanan yen jaman saiki bal-balan.
Ndilalah bal sing dingo dolanan kecegur sumur, lan ora ana kang wani njupuk.
Kanthi pitulange Durna, bal isa dijupuk kanthi jemparing saka alang-alang. Para
Pandawa lan Kurawa padha kaget lan ngalembana kasektene Durna. Bab iku
diaturake marang Bisma. Miring atur iku Bisma seneng banget jalaran pancen lagi
golek guru kang linangkung, mula Durna ditimbali sarta kadhawuhan anggladhi
Pandawa lan Kurawa supaya mundhak kaprigelan jurit lan wawasane.
Durna
saguh paring piwucal, nanging kanthi bebena suk yen wisp inter ora kena nulak
kabeh pamundhute Sang Durna. Pandawa lan Kurawa ora wangsulan, mung Arjuna
dhewe kang nyaguhi.
Sawijining
dina Durna kepengin males lara atine marang Drupada kang rikala semana gawe
serik atine. Kabeh satriya diklumpukake, supaya ngrangket Drupada minangka
tandha bektine marang Guru.Para Kurawa ndhisiki nyerang, nanging isa
dikalahake.Genti para Pandawa kang nyerang, wusanane Drupada isa dirangket urip
dening Arjuna, kang sabanjure dipasrahake marang Durna.Gandheng Drupada kalah,
Nagara Pancala separo sisih lor dijaluk Durna, dene sisih kidul diprenah
Drupada.
Bareng
perang wis paripurna, Pandawa lan Kurawa bali menyang Hastinapura. Prabu Drestharastra
seneng banget marang Yudhistira kang awatak adil lan utama, mula bakal
dijumenengake nata nggantekake Pandu.
1.
Sebutna
paraga-paraga ing crita wayang iku!
2.
Jlentrehna
watak-watake para paraga ing crita iku!
3.
Andharna wosing crita wayang ing ndhuwur!
4.
Wedharna pitutur luhur apa kang bisa kapethik saka crita
wayang iku!
Cilacap, Januari 2015
Kepala
SMA Negeri 3 Cilacap Guru Mata Pelajaran
Supangat,
S.Pd, M.M Mugiarso,
S.Pd
NIP
19590405 198203 1 015 NIP
19831204 200903 1 005
Maturnuwun sangett :)
BalasHapusada kunci jawabannya nggak?
BalasHapusada kunci jawabannya ga ye?
BalasHapus