MGMP Bahasa Jawa SMA-SMK adalah organisasi tempat berhimpunnya segenap guru bahasa Jawa SMA-SMK di Jawa Tengah. Wadah ini merupakan wahana berkomunikasi dan mengasah keterampilan para guru bahasa Jawa dalam meningkatkan kompetensi dan mutu pengajaran, serta sebagai upaya membangun masa depan bangsa melalui pengembangan bahasa, budayaJawa, dan penanaman nilai budi pekerti kepada generasi muda, terutama dalam menghadapi tekanan serta pengaruh negatif globalisasi.

Jumat, 06 Januari 2017

RPP CRITA WAYANG KELAS X SEMESTER 2



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Satuan Pendidikan      : SMA Negeri 3 Cilacap
Mata Pelajaran            : Bahasa Jawa
Kelas/semester           : X / 2
Materi Pokok              : Crita Wayang
Pembelajaran ke-       : 1
Alokasi waktu              : 4 x 45 menit


A.   Kompetensi Inti (KI)
KI 1 Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 Memaham, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang  ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B.   Kompetensi Dasar  dan Indikator Pencapaian Kompetensi
KD 1.2  Menerima, mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa bahasa Jawa dalam bentuk petikan teks crita wayang
Indikator
1.2.1.    Membedakan bahasa ragam ngoko dan krama
1.2.2.    Bangga atas anugrah bahasa jawa ragam ngoko dan karma
1.2.3.    Dapat melaksanakan salah satu perintah tuhan lewat ajaran yang ada dalam cerita wayang (Bima Bungkus)

KD 2.2  Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Jawa melalui petikan teks crita wayang
           Indikator
2.2.1.    Dapat menggunakan ragam bahasa dalam pergaulan sehari-hari secara santun seperti yang dicontohkan dalam cerita wayang (Bima Bungkus)
2.2.2.    Menunjukan prilaku jujur menggunakan bahasa jawa dalam synopsis crita wayang (Bima Bungkus)
2.2.3.    Bertanggung jawab dalam membuat synopsis crita wayang (Bima Bungkus)
2.2.4.    Memiliki rasa peduli, santun, responsip dan pro aktif dalam menggunakan bahasa jawa melalui teks crita wayang (Bima Bungkus)
KD 3.2  Memahami isi teks crita Mahabharata (Bima Bungkus)
           Indikator
3.2.1.    Mengidentifikasi unsurpembangun yang terdapat dalam petikan teks crita wayang BimaBungkus
3.2.2.    Menganalisis pitutur luhur yang ada dalam petikan teks crita wayang Bima Bungkus
3.2.3.    Mengevaluasi relevansi dengan masa kini pitutur luhur yang ada dalam petikan teks crita wayang Bima Bungkus

KD 4.2  Menulis sinopsis teks cerita teks Mahabharata (Bima Bungkus) dan menyajikannya
Indikator
4.2.1.    Menulis kembali synopsis crita wayang Bima Bungkus
4.2.2.    Menceritakan synopsis crita wayang Bima Bungkus
4.2.3.    Menanggapi penceritaan kembali isi petikan teks crita wayang Bima Bungkus dengan menggunakan ragam bahasa sesuai dengan konteks dan norma

C.   Tujuan Pembelajaran
KD 1.2  Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menerima, mensyukuri, menghayati, dan mengamalkan anugerah Tuhan berupa bahasa Jawa dalam bentuk petikan teks crita wayang

KD 2.2  Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Jawa melalui petikan teks crita wayang

KD 3.2  Setelah proses pembelajaran, siswa dapat memahami isi teks crita Mahabharata (Bima Bungkus)

KD 4.2  Setelah proses pembelajaran, siswa dapat menulis sinopsis teks cerita teks Mahabharata (Bima Bungkus) dan menyajikannya

D.   Materi Ajar
1.    Fakta
Teks Crita Wayang (Bima Bungkus)
2.    Konsep
Pangertene crita wayang
3.    Prinsip
Unsur crita wayang
4.    Prosedur
Cara nulis lan tuladha crita wayang

E.    Pendekatan dan Metode Pembelajaran
-          Pendekatan                 : Scientific
-          Model Pembelajaan    : Inquiry, Project Based Learning, Discovery Learning
-          Metode                                    : inkuri, diskusi, praktek, penugasan (bisa disesuaikan)



F.    Media dan Sumber Belajar
Media                    : Player VCD, CD/VCD, power point
Alat                                    : LCD, Laptop, Teks Crita Wayang
Sumber Belajar     :
1.    Widaryatmo, Gandung dkk. 2013. Prigel Basa Jawa Jilid 1. Jakarta: Erlangga
2.    Sasangka, Sry Satriya TW. 2011. Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa. Jakarta: Paramalingua
3.    Darminto, dkk. 2010. Kamus Besar Bausastra Jawa. Jakarta: Kharisma
4.    Sudiyatmana, Dr.HC dkk. 2012. Kabeh Bisa Basa Jawa. Jakarta: Yudhistira
5.    H.G, Irawan. 2005. Kulina Basa Jawa. Klaten: Intan Pariwara

G.   Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan ke 1
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi waktu
Pendahuluan
·         Siswa merespon  salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya
·         Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·         Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
·          Apersepsi dan Motivasi.
·         Contoh crita wayang Bima Bungkus digunakan sebagai stimulan dengan sejumlah pertanyaan untuk memasuki kegiatan ini
10 menit
Isi
(kegiatan Inti)
Mengamati
·         Kelas dibagi menjadi 6 kelompok
·         Tiap-tiap kelompok mencoba mencermati dan mendokumentasikan temuannya sesuai kaidah.
·         Secara individu siswa berkontribusi dalam mengidentifikasi menemukan ciri-ciri crita wayang Bima berdasarkan teks yang dicermatinya dengan acuan kata tanya fakta
Menanya
·         Antar siswa dalam kelompok saling bertanya dan berkonfirmasi tentang ciri-ciri yang ditemukan dalam crita wayang Bima untuk dibahas jika terdapat perbedaan atas temuan masing-masing.
·         Setiap siswa mendeskripsi crita wayang Bima
·         Dalam kelompok, subkelompok siswa membaca konsep tentang karakteristik crita wayang Bima untuk dicocokkan dengan ciri-ciri yang ditemukan atas pengamatan dan tanya jawabnya.
Mencoba
·         Siswa mencoba merumuskan unsur pembangun crita wayang Bima yang dikaji dan dibahasnya
·         Siswa bertukar temuan bersama anggota kelompok
·         Siswa perwakilan kelompok menguraikan unsur pembangun crita wayang Bima dari teks yang dikajinya untuk bahan bahasan dengan kelompok lain
Mengasosiasi
·         Siswa mengelompokkan unsur pembangun crita wayang Bima berdasarkan naskah hasil tukar gagasan bersama kelompok lainnya.
·         Siswa mencoba menyimpulkan dan mengestimasikan tambahan karakter pada konsep yang dibacanya atas dasar kajian naskah yang dibahas.
Mengomunikasikan
·         Perwakilan tiap-tiap kelompok (bisa dipilih dan ditunjuk oleh guru) menyampaikan/menayangkan simpulannya.
·         Melaporkan hasil penelitian dan pengembangan (tertulis/lisan) tentang unsur pembangun crita wayang Bima
60 menit


Penutup
·         Bersama siswa menyimpulkan unsur pembangun crita wayang Bima Bungkus
·         Memberikan tugas mencari contoh crita wayang Bima Bungkus.
·         Melaksanakan tes

20 menit

Pertemuan ke 2
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi waktu
Pendahuluan
·         Siswa merespon  salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan crita wayang Bima.
·         Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya (unsur pembangun crita wayang Bima)  dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·         Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
·         Apersepsi dan motivasi
·      Contoh teks crita wayang Bima digunakan sebagai stimulan dengan pertanyaan untuk memasuki kegiatan Inti
10 menit
Isi
(kegiatan Inti)
Mengamati
·         Kelas dibagi menjadi 6 kelompok
·         Masing-masing kelompok membaca dan mencermati (mencari dan menemukan kata-kata sulit yang ada dalam teks) dan mendokumentasikan hasil penemuannya sesuai dengan teks baru yang dibacanya.
·         Secara individu mengidentifikasi hasil temuannya tentang pengertian crita teks wayang berdasarkan naskah yang dicermatinya
Menanya
·         Antarsiswa dalam kelompok saling bertanya, konfirmasi tentang pengertian crita wayang ditemukan untuk dibahas jika ada perbedaan atas temuan masing-masing.
·         Mendefinisikan atas dasar temuannya.
·         Membaca konsep tentang karakter tokoh-tokoh wayang untuk dicocokkan dengan ciri-ciri hasil temuan atas pengamatan dan tanya jawabnya
Mencoba
·         Siswa mencoba untuk menceritakan kembali isi naskah menggunakan bahasa sendiri dan  bertukar temuan bersama anggota kelompok.
Mengasosiasi
·         Siswa mencoba menyimpulkan dan mengestimasikan hasil pekerjaannya.
Mengomunikasikan
·         Perwakilan masing-masing kelompok (bisa dipilih dan ditunjuk guru) menyampaikan/menayangkan hasil kesimpulannya.
·         Melaporkan hasil penelitian dan pengembangan (tertulis/lisan) tentang menceritakan kembali crita wayang Bima.

60 menit


Penutup
·         Bersama siswa menyimpulkan isi dari crita wayang Bima.
·         Melaksanakan tes

20 menit

Pertemuan ke 3
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi waktu
Pendahuluan
·         Siswa merespon salam dan mengondisikan kelas
·         Tanya jawab tentang karakteristik tokoh-tokoh crita wayang Bima.
·         Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya (karakteristik crita wayang Bima) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·         Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·         Apersepsi dan motivasi
10 menit
Isi
(kegiatan Inti)
Mengamati
·         Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok
·         Masing-masing kelompok diberi data hasil menceritakan kembali siswa.
·         Secara individu di tiap kelompok mencermati hasil karya siswa yang dibagikan guru
·         Dengan kemampuan individu, masing-masing siswa mencari, menemukan, menuliskan ciri tiap penggalan yang dicermatinya.
Menanya
·         Antarsiswa dalam kelompok saling bertanya, konfirmasi tentang hasil menceritakan kembali crita wayang Bima  untuk dibahas jika ada perbedaan atas temuan masing-masing.
·         Mendefinisikan atas dasar temuannya.
Mencoba
·         Siswa memberikan tanggapan dari hasil karya temannya berupa tulisan.
·         Menyiapkan alasan dan penjelasan atas tanggapan yang dibuat.
Mengasosiasi
·         Siswa mencoba mengestimasi tentang isi crita wayang Bima  menurut versi kelompok dengan mengacu pada konsep yang dibahasnya.
·         Mengevaluasi relevansi pitutur luhur yang terdapat pada petikan teks cerita wayang.
·         Meniterpretasikan isi critawayang yang terdapat pada petikan teks crita wayang
·         Menyiapkan deskripsi hasil menceritakan kembali berdasarkan estimasi kelompoknya.
Mengomunikasikan
·         Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil deskripsi dan estimasinya tentang hasil pekerjaan temannya.
60 menit


Penutup
·         Umpan balik antarsiswa, antara siswa dengan guru tentang kesimpulan crita wayang Bima.
·         Penilaian performen, lisan, kerja kelompok, pengamatan, sikap dilakukan dalam dan selama proses kegiatan inti
20 menit


Pertemuan ke 4
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi waktu
Pendahuluan
·         Siswa merespon salam dan dilanjutkan dengan pengondisian kelas
·         Tanya jawab tentang karakteristik crita wayang Bima.
·         Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya (unsur-unsur pembangun crita wayang) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·         Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·         Tanya jawab tentang kondisi anak muda sebagai apersepsi dan bahan motivasi.
10 menit
Isi
(kegiatan Inti)
Mengamati
·         Secara individu siswa mencatat karakter tokoh dan unsure pembangun dalam crita wayang.
Menanya
·         Siswa dapat mengkomunikasikan teks secara logis
·         Tiap siswa mencocokkan ciri /karakter tokoh dan unsur pembangun wayang dengan temannya
Mencoba
·         Masing-masing siswa mulai mencari nilai-nilai yang terdapat dalam crita wayang Bima Bungkus.
·         Tiap siswa mencoba menyiapkan komentar tentang nilai-nilai atau pitutur dalam crita wayang Bima Bungkus
Mengasosiasi
·         Tiap siswa mengestimasikan nilai-nilai yang terkandung dalam crita wayang Bima Bungkus.
Menyajikan
·         Menuliskan synopsis cerita wayang Bima Bungkus berdasarkan unsure-unsur pembangunnya
60 menit


Penutup
·         Umpan balik antarsiswa, antara siswa dengan guru tentang kesimpulan tentang nilai-nilai dalam crita wayang Bima Bungkus.
·         Penilaian performen, lisan, tulisan, kerja kelompok, pengamatan, sikap dilakukan dalam dan selama proses kegiatan inti.
20 menit

Penilaian
1.    Jenis/teknik penilaian
a.    Kompetensi Sikap:
·         Observasi
·         Penilaian diri
b.    Kompetensi Pengetahuan:
·         Tes tertulis
·         Tes lisan
c.    Kompetensi Keterampilan:
·         Tes praktik,
·         Projek, dan
·         Portofolio.
2.    Bentuk instrumen dan instrumen
3.    Pedoman penskoran

Rubrik Instrumen
a.    Peniaian Sikap
Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik
No.
Sikap






Nama
Keterbukaan
Ketekunan belajar
Kerajinan
Tenggang rasa
Kedisiplinan
Kerjasama
Ramah dengan teman
Hormat pada
orang tua
Kejujuran
Menepati janji
Kepedulian
Tanggung jawab
1













2













3













4













5













Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d 5.
1 = sangat kurang;
2 = kurang konsisten;
3 = mulai konsisten;
4 = konsisten; dan
5 = selalu konsisten.











Lembar Observasi

LEMBAR PENGAMATAN OBSERVASI

Mata Pelajaran      : Bahasa Jawa
Kelas/Program      : X / IPA-IPS
Kompetensi           : Sikap
Materi                    : Cerita Wayang Bima Bungkus

No
Nama Siswa
Sikap Pribadi
Sikap Ilmiah
Jml
Skor
Nilai
Jujur
Displ
Tgjwb
Kritis
Objek
Tolr
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.    1
Wati
4
4
3
4
3
3
21

2.    2
Adi








3.     









4.     









5.     









6.     









7.     









8.     









9.     


















































Keterangan pengisian skor
4.  Sangat baik
3.  Baik
2.  cukup
1.  Kurang

Soal tes lisan
1.  Apa kang kok ngreteni babagan Crita Wayang?
2.  Sebutna unsur-unsur Crita Wayang?
3.  Aweha panemu tumrap andharan wos surasane Crita Wayang kang dijlentrehake dening kancamu!
No
Nama Siswa
Kinerja Presentasi
Jumlah Skor
Nilai

kelancaran
Kebahasaan
sistematis


1.    1






2






2.    3






3.    4






4.    5






Keterangan pengisian skor
4.  Sangat tinggi
3.  Tinggi
2.  Cukup tinggi
1.  Kurang





Soal tes tertulis
4.  Tulisen banjur critakna Crita Wayang kasebut ing ngarep klas!
No
Nama
Cethaning pangucap
(10-20)
Swara 
(10-20)
Ekspresi
(10-25)
Penjiwaan
(1-5)
1





2





3





4





5





Ket :
1 : tidak baik   : < 60
2 : cukup baik : 61 – 70
3 : baik                        : 71 – 80
4 : sangat baik             : 81 – 100 


Kunci soal
1.    Wayang yaiku sawijining wujud seni pertunjukan kang awujud drama kang khas. Seni  kang kamot sajroning pertunjukan iki yaiku : seni swara, seni sastra, seni musik, seni tutur, seni lukis, lan sapanunggalane. Dene ana sawetara pihak kang duwe panganggep menawa pertunjukan wayang ora mung kesenian, nanging ngemot pralambang. Saora-orane wiwit abad kaping 19 nganti saiki, wayang wis dadi sasaran kajian lan didiskripsekake dening para ahli.
2.    Unsur-unsur pembangun crita wayang iku padha karo unsur-unsur crita liyane, yaiku tema, latar/setting, penokohan, alur, pesen, punjering crita/sudut pandang, lan konflik, wos surasane crita, lan gawe ringkesan.
3.    Kawicaksanan
4.    Kawicaksanan

LAMPIRAN
1.    Pangertene wayang
Wayang yaiku sawijining wujud seni pertunjukan kang awujud drama kang khas. Seni  kang kamot sajroning pertunjukan iki yaiku : seni swara, seni sastra, seni musik, seni tutur, seni lukis, lan sapanunggalane. Dene ana sawetara pihak kang duwe panganggep menawa pertunjukan wayang ora mung kesenian, nanging ngemot pralambang. Saora-orane wiwit abad kaping 19 nganti saiki, wayang wis dadi sasaran kajian lan didiskripsekake dening para ahli.
Wayang akeh banget jenise minangka kesenian rakyat utawa kraton, ana wayang glek kang kagawe saka kayu, ana wayang kulit kagawe saka kulit, wayang klithik kagawe saka kayu, wayang beber digambar ana ing kertas utawa kulit lan sapiturute.Sumbere crita saka Ramayana lan Mahabarata, crita-crita Menak, crita-crita Panji, syair-syair kepahlawanan utawa kreasi anyar kang nyritakake prastawa-prastawa anyar.
Saliyane kuwi werna-wernaning wayang iku uga ana kang sinebut wayang wong, kang dipragakake dening uwong, lan wis ana wiwit abad kaping 18. Wayang iki entuk sambutan kang apik saka masyarakat, mula ing jaman sateruse ketok akeh perkumpulan wayang wong. Ing pungkasaning jaman saiki wis akeh museum wayang antarane ing Jakarta lan Ngayogyakarta. Sawetara panaliten nyimpulake, wayang minangka sarana nggambarake alam pikirane piyayi Jawa kang dualistik. Ana rong prekara, pihak utawa klompok kang ora cocok, beda, antarane apik lan ala, babagan lair lan batin, alus lan kasar, Pandawa lan Kurawa. Kalorone nyawiji ana sajrone manungsa kanggo nggoleki keseimbangan. Wayang uga dadi sarana ngendhaleni sosial, umpamane kanthi kritik sosial kang diwujudake lumantar banyolan.
Crita wayang iku duwe struktur formal. Struktur kuwi kedadeyan saka unsur-unsur kang padha gayut antarane siji lan sijine. Unsur-unsure yaiku tokoh, watak,alur, tema, latar, lakon, pesen kang kamot, pitutur (pesan moral) kang kakandhut sajroning crita wayang..

2.    Unsurcrita wayang
Unsur-unsur pembangun crita wayang iku padha karo unsur-unsur crita liyane, yaiku tema, latar/setting, penokohan, alur, pesen, punjering crita/sudut pandang, lan konflik, wos surasane crita, lan gawe ringkesan.

3.    Tuladha crita wayang
BIMA BUNGKUS

Jejer Ngastina. Duhkitaning Prabu Pandu lan Dewi Kunti jalaran lahire ponang jabang bayi kang awujud bungkus. Tan ana sanjata kang tumawa kanggo mbedah bungkus. Kurawa uga melu cawe-cawe arsa mecah bungkus, sanadyan amung lelamisan, bakune arsa nyirnaake si bungkus. Wisiking dewa sang bungkus den bucal ing alas Krendawahana..
Ing pertapan Wukir Retawu Bagawan Abiyasa kasowanan Raden Permadi kang kaderekaken repat punakawan.
“Kanjeng Eyang, kadi pundi nasibipun Kakang Bungkus, sampun sawetawis warsa mboten wonten suraos ingkang sae, bab menika Eyaang, andadosaken duhkitaning Kanjeng Ibu Kunti…”
Tartamtu Sang Winasis kang pancen luber ing pambudi sampun pirsa apa kang dadi lakon.
“Putuku nggeeer, Permadi, mangertiya jer kakangmu nembe nglakoni karmane, ing tembe kakangmu Si Bungkus bakal dadi satriya utama, lan bakal oleh apa kang sinebut wahyu jati…”
Ing Suralaya, Batara Guru nimbali Gajahsena, putra sang batara kang awujud gajah, kinen mecah si bungkus saengga dadi sejatining manungsa. Sang Guru ugi angutus Dewi Umayi kinen nggladhi kawruh babagan kautaman marang si bungkus.
Purna anggennya peparing ajaran marang si bungkus, Dewi Umayi aparing busana arupa cawat bang bintulu abrit, ireng, kuning, putih, pupuk, sumping, gelang, porong, lan kuku Pancanaka.
Salajengipun, Gajahsena mbuka bungkus. Pecahing bungkus dados sapatemon kekalihipun, kagyat dados lan perangipun. Binanting sang Gajahsena. Sirna jasad sang gajah. Roh lan daya kekiyatanipun manjing jroning angga sang bungkus.
Praptene Betara Narada.
Si Bungkus tumakon marang Sang Kabayandewa, “Heemmm, aku iki sopoh?”
“Perkencong, perkencong waru doyong, ngger, sira kuwi sejatine putra kapindho ratu ing Amarta Prabu Pandudewanata. Sira lahir awujud bungkus, lan kersaning dewa sira kudu dadi satriya utama…, lan sira tak paringi tetenger Bratasena ya ngger…”
Rawuhipun Ratu saking Tasikmadu kang nyuwun senjata pitulungan marang Bratasena kinen nyirnakaken raja raseksa aran Kala Dahana, Patih Kala Bantala, Kala Maruta lan Kala Ranu. Para raseksa sirna. Sekakawan kekiatan saking raseksi wau nyawiji marang Raden Bratasena, inggih punika kekiatan Geni, Lemah, Angin lan Banyu.

DEWA RUCI

Madeg kraton Astinapura. Prabu Dhestarasta kaadhep dening putra mbarebe, Duryudana, Patih Sengkuni lan Pandhita Krepo. Surasane rerembugan ana gandheng cenenge karo peprentahan Astina ing tembe mburine marang para Kurawa, ngengeti para Pandawa wis wiwit dewasa. Duryudana ngesuk bapake, kapan dheweke bakal winisuda dadi Ratu Anom ing Astina. Sawetara Sengkuni mbudidaya mbujuk Prabu Dhestarasta, supaya hak tumrap keprabon lan kraton Astina tetep dadi duweke Kurawa. Sebab yen keprabon lan kraton dibalekake marang Pandawa, kepiye nasibe para Kurawa kang cacahe ana satus bocah? Sawijining cara yaiku ngelongi kuwatane Pandawa. Amarga kekuwatane Pandawa dumunung marang Bima, mula Bima kudu disingkirake.
Dene ing keputren Astina. Dewi Gendari mahargya tekane Prabu Dhestarasta. Dewi Gendari nakokake babagan rantaman wisudane Duryudana dadi Ratu Anom Astina. Prabu Dhestarasta ngendika lagi digolekake wektu lan wayah kang trep supaya ora nuwuhake congkrah karo Pandawa. Dewi Gendari aweh panemu Pandawa kudu disingkirake supaya keprabon Astina tetep dadi duweke Duryudana. Prabu Dhetarasta nerangake lamun panemue Dewi Gendari wis kamot ana rancangane Sengkuni kang bakal ngelongi kekuwatane Pandawa.
Sabanjure Duryudana lan Patih Sengkuni nganakake pasatemon karo Dursasana, Kartamarma, Citryuda, Durmagati, Citraksi, lan saperangan Kurawa liyane. Patih Sengkuni nyaranake supaya Duryudana njaluk pambiyantune Pandhita Durna kanggo nyingkirake Bima. Carane manut marang Pandhita Durna, kang baku ora ngelok-ngelokake langsung para Kurawa. Sengkuni uga mrentah Kartamarma supaya ngerahake Kurawa menyang Sokalima. Menawa Pandhita Durna gagal ngojok-ojoki Bima, Kurawa kudu tumindak cekat-ceket. Kroyok lan pateni Bima ing Sokalima. Duryudana lan Sengkuni banjur budhal, banjur disusul dening Kurawa liyane.
Lagya kang ana ing pertapan Sokalima. Pandhita Durna kaadhep dening anak siji-sijine, Aswatama. Ora let suwe Duryudana lan Sengkuni teka. Sawise ngabarake keslametan, Duryudana ngandhakake niyate njaluk pambiyantune Begawan Durna supaya nyingkirake Bima. Iki kanggo waluyaning keprabon Astina marang para Kurawa. Wiwitane Begawan Durna kabotan. Nanging Sengkuni lan Duryudana ngesuk kanthi cara ngundhamana dedununge Resi Durna ing Astina kang ora ucul saka lelabuhan lan lomane Prabu Dhestarasta. Kasurung saka utang budi, Resi Durna tundhone saguh mujudi panjaluke Duryudana.
Sawise Sengkuni lan Duryudana lunga, Resi Durna banjur nyeluk Bima. Kanthi alesan kanggo ngluhurake Pandawa, Bima dikongkon golek banyu panguripan Tirtapawitra menyang gunung Candradimuka. Bima sanggup banjur enggal-enggal budhal.
Nalika semana kang ana ing pinggire gunung Candradimuka. Ing perenge gunung Candradimuka nalika Bima lagi ngembrukake wit-wit gedhe lan njegol watu-watu gedhe nggoleki Tirtapawitra, njedhul buta loro cacahe, Rukmuka lan Rukmakala. Kalorone buta mau nglarang ngrusak tatanan panguripan ing gunung Candradimuka lan Tirtapawitra ora ana ing gunung kuwi. Dumadi gesehe panemu, banjur dadi bandayuda. Amarga saka ampuhe kuku Pancanaka, Bima kasil mateni Rukmuka lan Rukmakala, sawise mati jasade badhar dadi Bathara Indra lan Bathara Bayu.
Bathara Indra nerangake, lamun Tirtapawitra ora ana ing gunung Candradimuka. Bima didhawuhi bali ngadhep marang Resi Durna njaluk katrangan kang cetha dununge Tirtapawitra. Bima manut. Dheweke bali menyang Sokalima nemoni Resi Durna. Dene Bathara Indra lan Bathara Bayu bali menyang kahyangan.
Gumelar ing ereng-erenge gunung Cadradimuka. Arjuna lan Yamawidura ketemu karo rombongan Kurawa. Dumadi bedaning panemu kang ndadekake pasulayan. Arjuna lan Yamawidura dikroyok dening Kurawa. Bejane nalika Arjuna lan Yamawidura kadhesek, Bima teka langsung mbiyantu dheweke ngoyak Kurawa. Bima ngomong marang Arjuna lan Yamawidura yen Tirtapawitra ora ana ing gunung Candradimuka. Dheweke saiki arep bali menyang Sokalima arep njaluk kapesthen Resi Durna, ana ngendi mapane Tirtapawitra. Katelune banjur pisah lakune. Bima menyang Sokalima, dene Arjuna lan Yamawidura bali menyang kaputren Astina arep nemoni Dewi Kunti lan kluwarga Pandawa liyane.
Bali ing Pertapan Sokalima. Resi Durna nampa tekane Bima. Kanthi ringkes Bima ngandhakake lamun Tirtapawitra ora ana ing gunung Candradimuka. Dheweke uga ketemu karo buta loro panjalmane Bathara Indra lan Bathara Bayu. Dewe kalorone ngendika ing gunung Candradimuka ora ana sing jenenge Tirtapawitra. Resi Durna ngandhakake, dheweke ndhawuhi Bima menyang gunung Candradimuka mung kanggo nguji kesabarane Bima. Amarga Bima pancen santosa lan kuwat kekarepane, mula saiki dheweke nuduhake panggonan mapane Tirtapawitra, yaiku ing dhasare samodra. Bima langsung pamit arep tumuju menyang segara kidul.
Gelare kaputren Astina. Dewi Kunti lan Puntadewa nampa tekane Arjuna lan Yamawidura. Yamawidura ngandhakake kabar ketemu karo Bima ing gunung Candradimuka. Bima durung kasil nemokake Tirtapawitra, mulane dheweke bali menyang Sokalima nemoni Resi Durna. Ora let suwe Bima teka. Bima nyuwun donga pangestune ibu kan sedulure arep nggoleki Tirtapawitra ing dhasare samudra cundhuk karo dhawuhe Resi Durna. Dewi Kunti, Puntadewe, Yamawidura, lan Arjuna mbudidaya ngalang-ngalangi Bima supaya murungake niyate golek banyu suci Tirtapawitra. Dewi Kunti ngandhakake yen barang kuwi ora ana. Kabeh mau mung rekadayane Resi Durna kang arep nyilakani Bima. Nanging Bima tetep mantep marang kapercayane, lamun minangka guru, Resi Durna ora bakal nyilakani muride dhewe. Dhawuhe guru kudu ditindakake dening murid. Tundhone Bima budhal nggoleki Tirtapawitra ing dhasaring samodra. Dewi Kunti dhawuh marang Yamawidura lan Arjuna ngawat-awati lakune Bima.
Ing dhasare samodra ana ula ngadhang lakune Bima. Pasulayan rame dumadi. Kalorone mbudidaya nyilakani siji lan sijine. Tundhoning pasulayan, Bima mateni ula kuwi, nanging dheweke uga semaput kena gitikane buntut ula mau. Bima klelep tekan dhasare samodra.
Katon Dewa Ruci lagi pasatemon karo Bima. Dewa Ruci takon apa kekarepane Bima njegur nganti ing dhasaring samodra. Bima njlentrehake, yen dheweke nindakake dhawuhe gurune, Resi Durna supaya nggoleki banyu panguripan Tirtapawitra. Dewa Ruci nerangake, dene Tirtapawitra ora mapan ana ing gunung Cadradimuka, apa dene ing dhasare samodra. Tirtapawitra sejatine mapan ana ing dhiri pribadine Bima dhewe, kang wujude inti niyat kanggo tumindak jujur lan berbudi luhur, sarta ngenggonake rasa kurmat marang sapadhane. Nindakake kabecikan tanpa pamrih, tresna marang sapadhane kaya dene tresna marang awake dhewe. Saka Dewa Ruci, Bima antuk ajaran / wejangan babagan ilmu kasampurnan, ing antarane njlentrehake babagan asaling dumadi, sangkan paraning dumadi, lan tataraning dumadi.Bima banjur didhawuhi bali menyang Astina nglumpuk karo ibune lan sedulure, amarga isih akeh kewajiban kang kudu ditindakake.
Ana kedadeyan ing gisiking samodra. Arjuna lan Yamawidura geseh panemu maneh karo Kurawa kang dipandhegani dening Sengkuni kang lagi gawe pager betis ing pinggire samodra. Pasulayan ora isa diendhani maneh. Kurawa ngroyok Arjuna lan Yamawidura. Bejane nalika kalorone kepepet, Bima jumedhul saka njeroning samodra. Ngreteni Arjuna lan Yamawidura dikroyok Kurawa, Bima banjur cekat-ceket mbiyantu. Kurawa ora bisa nandhingi kridhane Bima, banjur kabeh padha mlayu salang tunjang. Banjur Bima, Arjuna, lan Yamawidura bali menyang Astina.
Nalika semana madeg kaputren Astina. Dewi Kunti kaadhep dening para putrane, Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, lan Sadewa, sarta Yamawidura. Bima nyritakake pasatemone karo Dewa Ruci ing dhasare samodra, lan entuk wejangan babagan sarining panguripan. Dewi Kunti syukur banget, dene Bima kasil slamet lan lulus saka pacoban kang abot. Dewi Kunti banjur ngajak putra-putrane supaya ngaturake donga marang Gusti Kang Maha Tunggal, supaya kluwarga Pandawa tansah antuk kawilujengan, rahmat lan hidayah-He..



4.    Tuladha crita wayangtema tinamtu

Penilaian Proses dan Hasil Belajar
No
Nama
Kejujuran
Kedisiplinan
Tg.jawab
Santun
1





2





3





4





5





Ket :
Siswa yang jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan bersikap santun : 1
Siswa yang tidak jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan bersikap santun : 0
Nilai 4 = Sangat baik, 3= baik, 2 = cukup baik, 0-1 = kurang

Penilaian Hasil
-    Teknik                            : Tes Lisan, Produk, dan Kinerja
-    Bentuk                            : Penugasan menulis dan membaca Crita Wayang
-    Instrumen                                   : Tes dan Nontes
-    Kunci dan Pedoman penskoran
LEMBAR KERJA SISWA

I.      Ing ngisor iki ana wangsulan sing bener, pilihen!
1.    Nalika ngrungokake crita wayang kulit ing radhio, saben arep ganti adegan mesthi kawiwitan suluk lan janturan kang nyritakake papan panggonan. Mula saka iku pamireng isa ngreteni babagan ....
a.    tokoh                                             d. alur
b.    watak tokoh                                              e. pesen/amanat
c.    latar
2.    Ing crita Dewa Ruci, Bima mituhu kabeh dhawuhe Durna minangka gurune sanajan anggone dhawuh iku ngetohake nyawa, nanging Bima ora nggresula. Saka crita kasebut pamireng ngreti yen karep saka crita iku supaya murid bekti karo gurune. Perangan iku mapan ana ing crita kang diarani ....
a.    tokoh                                             d. alur
b.    watak tokoh                                              e. pesen/amanat
c.    latar
3.    Sanajan Panakawan (Semar, Gareng, Petruk, lan Bagong) iku dadi batur lan drajate mung cendhek, nanging disenengi dening para satriya kang duwe tindak laku utama. Kabeh iku kagawa saka tindak tanduk lan pakarti kang ditindakake Panakawan sing jujur, prasaja, lan ora neka-neka. Pratelan kasebut nuduhake unsur crita wayang sing diarani ....
a.    tokoh                                             d. alur
b.    watak tokoh                                              e. pesen/amanat
c.    latar
4.    Sasuwene ngrungokake crita wayang ing radhio utawa CD, nalika ngancik pathet sanga, satriya kang sesirih ana ing satengahe alas sabubare rampung mesthi bandayuda karo rata denawa (buta, umume Cakil lan wadyabalane). Pitutur kang kamot ing lelakon iku yaiku ....
a.    satriya kudu wani perang
b.    wong kang bakal mulya gedhe pacobane
c.    ing alas iku panggonane bebaya
d.    buta duwe watak seneng ganggu gawe
e.    aja seneng mapan ing papan sepi
5.    Ing crita wayang Bharatayuda Jayabinangun, prang antarane Pandawa lan Kurawa iku tundhone dimenangake dening Pandawa. Sanajan cacahe mung lima, Pandawa isa ngasorake Kurawa kang cacah satus. Wis kaloka ing jagad Pandawa iku pralambang tindak utama, dene Kurawa iku pangawak kadurakan, mula ora mokal yen Pandawa iku menang ing yuda. Pitutur kang kamot sajronng crita iku yen diparibasakake yaiku ....
a.    ing ngarsa sung tuladha
b.    teteken tekun bakal ketekan
c.    titah tan kuwawa mbengkas pesthining Gusti
d.    rawe-rawe rantas, malang-malang putung
e.    becik ketitik ala ketara

Rungokna crita wayang ing ngisor iki!
Pandu Jumeneng Nata ing Hastinapura
Negara Hastinapura kagungan putra calon gumanti Nata, yaiku kang pambareb Dhestrarastra, panengahe Pandu, lan warujune Widura. Dhestrarastra, Pandu Dewanata, lan Widura digulawentah lan digladhi dening Resi Bisma. Katelune iku kang bakal mbacutake keprabone dharah Kuru.Drestharastra duwe kaluwihan prigel olah jaya kawijayan. Pandu prigel babagan olah kridhaning jemparing, dene Wisura prigel babagan olah weliding pedhang lan sanjata.
Nanging kang jumeneng nata ing Hastina iku Pandu, jalaran Dhestarastra cacat netra, dene Widura duwe cacat sukune dawa sesisih.Saka sarasehan agung netepake kang dijenengake nata Pandu. Dhestarastra lila yen sing kawisudha dadi ratu iku Pandu, amarga dheweke nglenggana duwe kekurangan kang ginaris dening Gusti Kang Murbeng Jagad. Miturut pemanggihe, nagara kang dipangarsani titah kang cacat bakal nuwuhake swasana kang ora becik.
Dhestarastra krama karo Dewi Gendari (sedulure Sengkuni) putri ratu Basubala (Suwala) ing nagara Gandara duwe putra cacah satus kang diwastani Kurawa. Pandu krama karo putri loro, yaiku Dewi Kunti (Dewi Patra) putrine Prabu Kuntiboja peputra telu Yudhistira, Bima, lan Arjuna. Nanging sadurunge karo Prabu Pandu, Dewi Kunti wis kagungan putra kang arane Karna. Dene garwa Pandu sijine asesilih Dewi Madrim,  putri Ratu Mandrapati ing Nagara Mandrawisaya (Mandaraka), peputra loro kembar Nakula lan Sadewa. Widura krama karo Dewi Parasari, putra Maharaja Dewaka sarta kagungan putra kekasih Wiyansampana (Sunjaya).
6.    Paraga utama ing crita kasebut yaiku ....
a.    Prabu Pandu                                 d. Prabu Matswapati
b.    Prabu Dhestarasta                        e. Prabu Salya
c.    Widura
7.    Latar crita iku yaiku ....
a.    Mandaraka                                    d. Gandara
b.    Suwala                              e. Dewaka
c.    Hastinapura
8.    Putrane Prabu Pandu karo Dewi Kunti yaiku ....
a.    Kurawa
b.    Pandawa
c.    Sunjaya lan Wiyansampana
d.    Yudhistira, Bima, lan Arjuna
e.    Nakula lan Sadewa
9.    Undherane crita kang jumeneng nata Hastinapura yaiku ....
a.    Prabu Pandu                                 d. Prabu Matswapati
b.    Prabu Dhestarasta                        e. Prabu Salya
c.    Widura
10.  Saka crita iku, miturut tata aturan ing sajroning karaton kang gumanti nata kudune putra jaler mbarep sang nata. Nanging Dhestarastra ora gelem gumanti nata amarga ngrumangsani marang kekurangane. Lelakon iku ngemot pitutur kang becik yaiku ....

a.    aja rebutan panguwasa
b.    nglengana marang kekurangane
c.    negara kang adiluhung
d.    ngalah dhuwur wekasane
e.    nandur bakal ngundhuh


II.    Essay
-          Rungokna crita wayang kang diwaos dening Bapak utawa Ibu guru iki!

PANDAWA LAN KURAWA MEGURU DURNA

Sumber: wayang wordpress.com
Sawise Pandawa lan Kurawa meguru marang Begawam Krepa, sabanjure meguru marang Begawan Durna, ipenipun Krepa. Caritane mangkene.Begawan Durna iku putrane Resi Baratwaja.Sawijining wektu Durna karo putrane kang namane Aswatama tumuju menyang nagara Pancala bakal nemoni kadang sumitrane Sucitra, kang saiki jumeneng nata ing Pancala.Durna ora ditampa malah kapulasara (dianiaya) dening Patih Gandamana nganti rusak sarirane. Kanthi nggawa lara atine, Durna mbacutake laku bakal nemoni ipene Krepa Gajahoya. Ing samadyaning laku kepanggih karo Pandawa lan Kurawa kang lagi dolanan yen jaman saiki bal-balan. Ndilalah bal sing dingo dolanan kecegur sumur, lan ora ana kang wani njupuk. Kanthi pitulange Durna, bal isa dijupuk kanthi jemparing saka alang-alang. Para Pandawa lan Kurawa padha kaget lan ngalembana kasektene Durna. Bab iku diaturake marang Bisma. Miring atur iku Bisma seneng banget jalaran pancen lagi golek guru kang linangkung, mula Durna ditimbali sarta kadhawuhan anggladhi Pandawa lan Kurawa supaya mundhak kaprigelan jurit lan wawasane.
Durna saguh paring piwucal, nanging kanthi bebena suk yen wisp inter ora kena nulak kabeh pamundhute Sang Durna. Pandawa lan Kurawa ora wangsulan, mung Arjuna dhewe kang nyaguhi.
Sawijining dina Durna kepengin males lara atine marang Drupada kang rikala semana gawe serik atine. Kabeh satriya diklumpukake, supaya ngrangket Drupada minangka tandha bektine marang Guru.Para Kurawa ndhisiki nyerang, nanging isa dikalahake.Genti para Pandawa kang nyerang, wusanane Drupada isa dirangket urip dening Arjuna, kang sabanjure dipasrahake marang Durna.Gandheng Drupada kalah, Nagara Pancala separo sisih lor dijaluk Durna, dene sisih kidul diprenah Drupada.
Bareng perang wis paripurna, Pandawa lan Kurawa bali menyang Hastinapura. Prabu Drestharastra seneng banget marang Yudhistira kang awatak adil lan utama, mula bakal dijumenengake nata nggantekake Pandu.

1.    Sebutna paraga-paraga ing crita wayang iku!
2.    Jlentrehna watak-watake para paraga ing crita iku!
3.    Andharna wosing crita wayang ing ndhuwur!
4.    Wedharna pitutur luhur apa kang bisa kapethik saka crita wayang iku!
                                                                        Cilacap, Januari 2015

Kepala SMA Negeri 3 Cilacap                                     Guru Mata Pelajaran



Supangat, S.Pd, M.M                                                     Mugiarso, S.Pd
NIP 19590405 198203 1 015                                           NIP 19831204 200903 1 005




























3 komentar: